Kamis, 11 Maret 2010

Sebuah Puisi Yang Hanya Aku Yang Melihatnya


sepanjang jalan kudengar lagu yang samar
sepanjang jalan kupandangi jendela kereta ini
bukit dan ladang perlahan gemetar
kota asing terseret ke masa lampau
dan semakin asing ketika aku memperhatikannya

kita tidak sedang bercinta lagi
kereta mulai berjalan dan aku tak melihatmu
menangis, melambaikan tangan yang rapuh

kita akan terbiasa dengan kesunyian
berdiri di bawah hujan
menyatukan air mata dan air langit
seperti katamu
kita akan bernyanyi tengah malam
sejenak selepas kita mulai tidur
kita akan begitu bahagia
merenungkan semua yang terjadi ini

baru saja kita tiba di sebuah kota
kita akan segera meninggalkannya
baru saja kita terlahir ke dalam tangisan bayi
kita akan pergi kedalam gelapnya senyum di masa tua

hanya beberapa orang yang mengerti kita bahagia
hanya beberapa saja yang mengerti
apa yang membuat kita menangis
maka tenanglah menjalani segala yang akan usai ini

kereta terus berjalan
dan tak henti kupandangi jendela yang gemetar itu
sebuah puisi yang hanya aku yang melihatNya

3 komentar:

Unknown mengatakan...

halow brow,..

Muhammad Ali Fakih AR mengatakan...

alfiyan, puisimu masih secantik dulu. boleh tidak kalau aku minta puisi2 terbarumu untuk kunikmati sendiri?

ahmad sultoni mengatakan...

Penyair bertalenta